Dari Agnostik
Oleh Bertrand Russell,  1953.
Diterjemahkan oleh Setya A. Sis, 1999
Apakah orang agnostik itu Atheis?
Tidak.  Seorang atheis,  seperti halnya penganut Kristiani,    mempercayai bahwa ia dapat mengetahui ada atau tidak adanya Tuhan.   Penganut Kristiani mengatakan bahwa ia dapat mengetahui Tuhan itu ada;   kaum atheis menyatakan bahwa kita dapat mengtahui Tuhan itu tidak ada.   Orang agnostik menunda pengambilan keputusan,  dengan menyatakan bahwa  tidak cukup bukti untuk menegaskan atau menolak adanya Tuhan.  Pada saat  bersamaan, orang agnostik mungkin mengatakan bahwa eksistensi Tuhan  meskipun bukan tidak mungkin, sangat kecil kemungkinan adanya;  ia  mungkin menyatakan begitu kecil kemungkinan adanya Tuhan, maka Tuhan  pada kenyataannya tidak cukup bermakna untuk dipakai sebagai bahan  pertimbangan. Dalam hal demikian,   Tuhan disingkirkan tak jauh berbeda  seperti dalam atheisme.  Sikapnya adalah mirip seperti filsuf yang  teliti terhadap dewa-dewa Yunani Kuno.  Apabila saya disuruh membuktikan  bahwa Zeus dan Poseidon dan Hera dan dewa-dewi Olympia lainnya tidak  ada,  maka saya pasti kebingungan dalam memberikan argumen yang memadai.   Orang agnostik akan berpendapat bahwa Tuhan orang Kristiani sama kecil  kemungkinan adanya dengan dewa-dewi Olympia;  dalam hal demikian,   untuk mudahnya ia sama dengan orang atheis.
Oleh karena Anda menolak "hukum Tuhan",  otoritas apa yang Anda terima sebagai pedoman hidup?
Orang agnostik tidak menerima "otoritas" apapun sebagai mana halnya yang  diterima oleh orang beragama.  Dipercayai bahwa orang harus memikirkan  sendiri masalah pedoman hidup.  Tentu saja,  ia akan mengambil  keuntungan dari pengalaman orang lain,  tetapi harus dipilihnya sendiri  orang-orang yang dianggapnya bijak,   dan sama sekali tidak akan  menganggap bahwa apapun yang dikatakannya tak boleh dibantah.  Teramati  bahwa apa yang ditentukan oleh "Hukum Tuhan" itu selalu berubah setiap  saat.  Injil mengatakan bahwa wanita tiak boleh kawin dengan saudara  laki-2 dari suami yang telah meninggal,  dan bahwa dalam keadaan  tertentu wanita harus kawin dengannya.  Jika anda kebetulan seorang  janda tak beranak dan masih ada ipar yang belum kawin, maka logikanya  anda tak boleh menghindari "hukum Tuhan."
Bagaimana Anda mengetahui baik dan buruk?  Apakah yang dianggap Dosa oleh orang agnostik?
Orang agnostik tidak begitu pasti sebagaimana yang diyakini penganut  Kristiani terhadap apa yang disebut baik dan buruk. Tidak akan diklaim  seperti yang diklaim penganut Kristiani di masa lalu bahwa orang yang  tak setuju dengan perintah mengenai theologi yang absurd harus menerima  hukum mati yang menyakitkan.  Hukum mati demikian ditentang,  dan lebih  hati-hati mengenai tuduhan moral. 
Kata "dosa" dianggap bukan sebagai ide yang ada gunannya.   Tentu saja  diakui bahwa sebagian macam tindakan adalah patut dan sebagian lagi  tidak patut,  tapi diyakini bahwa hukuman untuk tindakan yang tidak  patut hanya diterapkan jika dimaksudkan untuk menghindari atau  memperbaiki,  bukan karena hukuman itu memang dianggap baik dan dengan  pikiran bahwa orang jahat harus menderita.   Kepercayaan inilah yang ada  dalam hukuman balas dendam sehingga orang menerima idee neraka.  Ini  adalah bagian merugikan yang telah diakibatkan oleh adanya ide "dosa".
Apakah orang agnostik melakukan apapun asal dikehendakinya?
Dalam satu hal tidak,  dilain hal siapapun akan melakukan apa yang  dikehendakinya.  Kalau misalnya Anda begitu membenci seseorang sampai  Anda mau membunuhnya:  Kenapa tidak?  Anda akan menjawab:   "Sebab agama  mengatakan bahwa pembunuhan adalah dosa."  Namun dalam kenyataan  statistik,   orang-orang agnostik tidak lebih cenderung melakukan  pembunuhan dari pada orang lain,  dan kenyataannya kecenderungan mereka  memang lebih kecil.1  Mereka mempunyai motif sama untuk tidak melakukan  pembunuhan sebagaimana orang lain.  Jauh dalam lubuk hatinya, motif  paling kuat adalah takut dihukum.  Namun dalam keadaan tanpa hukum,   seperti demam menambang emas, segala macam orang akan melakukan  kejahatan,  meski dalam keadaan normal mereka adalah orang-orang yang  taat pada hukum.  Bukan hanya karena adanya hukuman, tapi juga ada rasa  tidak nyaman mengetahui hal menakutkan itu, dan rasa sepi karena  mengetahuinya,  untuk menghindari kebencian orang,  anda harus memakai  topeng meski dengan teman terdekat anda sekalipun.   dan dan ada lagi  yang sering disebut "conscience":  Jika anda pernah berangan-angan untuk  membunuh,  anda akan takut pada ingatan yang mengerikan saat-saat  terakhir tubuh korban anda tak bernyawa.  Semua ini benar,  ya,    tergantung pada kehidupan anda dalam masyarakat yang taat hukum,  tetapi  banyak sekali alasan-alasar non agama/sekuler yang dipakai untuk  menciptakan dan dan mengabadikan masyarakat demikian. 
Saya katakan ada alasan lain mengapa siapapun akan melakukan apa yang  diinginkannya.  Tak seorangpun kecuali orang tolol yang menuruti segala  keinginan,   tetapi apa yang menahan keinginan in check adalah selalu  merupakan meinginan yang lain. Keinginan anti-sosial seseorang dapat di  kendalikan oleh keinginan untuk menyenangkan Tuhan,  tapi dapat juga  dikendalikan oleh keinginan untuk menyenangkan teman-temannya,  atau  mendapatkan respek penghormatan dari masyarakatnya,  atau agar dapat  mencitrakan dirinya sendiri tanpa rasa jijik.  Namun jika tak memiliki  keinginan-2 tersebut,  maka satu-2 nya aturan abstrak moralitas tak akan  dapat meluruskan orang itu. 
Bagaimanaka anggapan orang agnostik terhadap Injil?
Orang agnostik menganggap Injil tepat sebagaimana yang dianggap oleh  seorang administrator yg bijak.  Tidak dianggapnya sebagai wahyu illahi;   akan dianggapnya sebagai legenda sejarah awal, dan tak lebih akurat  dari pada yang tertulis dalam Homer;  dianggapnya ajaran moral yang  terkandung didalamnya kadang baik, tapi kadang sangat buruk.  Misalnya,  Samuel memerintahkan Saul dalam perang untuk tidak saja membunuh tiap  laki-laki, wanita,  dan anak-anak lawan,  tapi sampai semua biri-biri  dan ternak sapinya.  Namun demikian Saul tetap membiarkan biri-biri dan  ternak sapi hidup,  dan untuk hal ini kita disuruh mengutuknya.  Saya  tak pernah mampu menyenangi Elisha karena mengutuki anak-anak yang  mengolok-oloknya,  atau mempercayai (yang dinyatakan Injil)  bahwa Dewa  yang baik hati akan mengirimkan beruang jadi-jadian untuk membunuh  anak-anak tersebut.
Bagaimanakah anggapan orang agnostik terhadap Jesus,  Kelahiran oleh Sang Perawan,  dan Trinitas yang Suci? 
Karena orang agnostik tidak percaya Tuhan,  tak dapat dipercayai bahwa  Jesus adalah Tuhan.  Kebanyakan orang-orang agnostik menghargai  kehidupan dan ajaran Jesus sebagaimana ditulis dalam Injil,  tetapi  tidak harus melebihi penghargaan terhadap orang lain.  Ada yang  menempatkan Jesus sama dengan sang Buddha, sebagian dengan Socrates dan  dan lainnya dengan Abraham Lincoln.  Mereka juga tidak menganggap  apa-apa yang dikatakannya tidak boleh dibantah,  oleh karena orang  Agnostik tidak menerima suatu otoritas sebagai hal yang absolut. 
Orang Aganostik Menganggap Kelahiran Sang Perawan sebagai satu doktrin  yang diambil dari mitologi pagan/kafir,  dimana kelahiran demikian bukan  hal yang aneh (Zoroaster dikatakan terlahir dari seorang perawan;   Ishtar,  the dewi Babylon,   yang disebut sebagai the Holy  Virgin/Perawan Suci).  Mereka tak dapat memberikan kepercayaannya kepada  hal tersebut,  ataupun kepada doktrin Trinitas,   karena keduanya tidak  mungkin tanpa adanya kepercayaan pada Tuhan.
Dapatkah orang agnostik menjadi penganut Kristiani?
Kata " Kristiani" mempunyai berbagai makna dalam waktu yang berbeda.  Selama berabad-abad sejak jama Kristus,  kata itu berarti orang yang  percaya apada Tuhan dan keabadian dan serta bahwa Kristus adalah Tuhan.   Tetapi kaum Unitarians menyebut diri mereka penganut Kristiani meski  tidak percaya akan keIlahian Kristus,  dan banyak orang saat ini  menggunakan kata "Tuhan" dengan arti yang kurang pas dibandingkan dengan  arti jaman sebelumnya.  Banyak orang yang sekarang mempercayai Tuhan  tidak lagi bermakna person/manusia,  atau trinitas dari person,  namun  hanya berupa kecenderungan kabur atau kekuatan atau maksud dan tujuan  immanent dalam evolusi.  Lebih jauh lagi, orang lain  mengartikan  "Kristianitas" hanyalah sebuah sistem etika yang dibayangkan sebagai  karakter penganut Kristiani saja, karena mereka tidak peduli dengan  masalah kesejarahan.
Dalam buku yang baru diterbitkan, ketika saya katakan bahwa apa yang  diperlukan dunia adalah "cinta,  cinta Kristiani,  atau  kepedulian/compassion,"  banyak yang menyangka hal ini menunjukkan  adanya perubahan dalam pemikiran saya,  meski kenyataannya mungkin saya  katakan hal yang sama kapanpun.  Jika yang Anda maksudkan "Penganut  Kristiani" berarti orang yang mencintai tetangganya,  yang sangat  bersimpati terhadap penderitaan, dan yang sangat menginginkan agar dunia  bebas dari kebuasan dan kebencian yang jaman sekarang ini diabaikan,   maka jelas Anda mendapat justifikasi untuk menyebut saya seorang  Kristiani.  Dan dalam hal ini,  saya kira anda akan dapat menemukan  lebih banyak "penganut Kristiani" diantara orang-orang agnostik  dibandingkan dalam kalangan orthodoks.  Namun menurut saya,  Saya tak  dapat menerima definisi demikian.   Selain penolakan lainnya,   namapaknya agak kasar bagi orang Yahudi, Buddhis,   Muslim,  penganut  non Kristianilainnya ,  yang sepanjang sejarah ditunjukkan oleh sejarah,  paling tidak cenderung untuk melakukan moralitas diklaim dengan arogan  oleh penganut Kristiani sebagai unik milik agama mereka sediri.2
Saya kira juga bahwa siapapun yang menyebut diri penganut Kristiani di  jaman-jaman awal,  dan sebagian besar orang yang melakukannya sampai  saat ini,   akan menganggap bahwa kepercayaan pada Tuhan dan  immortalitas adalah essensial bagi penganut Kristiani.  Dengan dasar  ini,  saya menyebut saya sendiri sebagai penganut Kristiani,  harus saya  katakan bahwa orang agnostik tak dapat menjadi penganut Kristiani.   Namun jika kata "Kristianitas" ternyata digunakan secara umum dulunya  hanya berarti sejenis moralitas,  maka jelaslah mungkin bagi seorang  agnostik untuk menjadi penganut Kristiani.
Apakah Orang agnostik menolak bahwa manusia punya Jiwa?
Pertanyaan ini tidak mempunyai arti yang tepat kecuali kita diberi  definisi dari kata "jiwa".  Saya kira yang dimaksudkan secara kasar  adalah sesuatu nonmaterial yang berada dalam seluruh hidup seseorang  bahkan,  bagi yang mempercayai immoralitas, sepanjang waktu-waktu yang  akan datang.  Jika yang begitu maksudnya maka orang agnostik mungkin  tidak akan percaya bahwa manusia mempunyai jiwa.  Tetapi akan segera  saya tambahkan bahwa hal ini tidak berarti orang agnostik pasti penganut  materialis.   Banyak orang-orang agnostik (termasuk saya sendiri)  sangat ragu pada tubuh sebagaimana ketidak tahuan mengenai jiwanya,   namun ini adalah cerita lama untuk mempertimbangkan metafisik yang sulit  ini.  Baik jiwa maupun materi harus saya katakan adalah simbol yang  mudah dalam satu diskursus, sebenarnya bukan sesuatu yang eksis. 
Apakah orang agnostik percaya Akhirat,  Surga atau Neraka? 
Pertanyaan mengenai apakah orang akan hidup setelah mati adalah  pertanyaan mengenai bukti mana yang memungkinkan. Riset fisika dan  spiritualisme dianggap oleh banyak orang dapat memberikan buktinya.   Orang agnostik dengan demikian tidak mempunyai pandangan mengenai  kelangsungan jiwa kecuali dianggapnya ada bukti yang serba sedikit-pun.   Menurut pandangan saya sendiri,  saya anggap tidak ada alasan memadai  untuk mempercayai bahwa kita akan hidup lagi setelah mati, namun saya  terbuka untuk percaya jika ada bukti yang memadai. 
Surga atau neraka adalah hal lain lagi.  Percaya pada adanya neraka  terikat pada adanya kepercayaan bahwa hukuman pembalasan artas dosa  adalah hal yang baik,  sangat terpisah of dari tujuan pencegahan atau  perbaikan yang mungkin dapat diberikan.   Orang agnostik hampir tak  percaya akan hal ini.  Sehubungan dengan surga,   barangkali ada bukti  yang dapat diraba dengan eksistensinya melalui spiritualisme,   namun  kebanyakan orang-orang agnostik menganggap tidak ada bukti demikian,    dan oleh karenanya tidak mempercayai adanya surga. 
Apakah anda tak pernah takut pada pembalasan Tuhan karena menolak-Nya?
Tentu tidak.  Saya juga menolak Zeus dan Jupiter dan Odin dan Brahma,  namun hal ini tidak menyebabkan kebingungan/keraguan bagi saya.  Saya  perhatikan bahwa sebagian besar dari ummat manusia tidak percaya tuhan  Tuhan dan tidak menderita hukuman yang nyata karenanya.  dan jika memang  ada Tuhan, saya kira Tuhan itu tidak akan merasa tak nyaman karena  ditolak eksistensinya.
Bagaimana Orang Agnostik menerangkan keindahan dan harmoni Alam?
Saya tak tahu dimana ketemunya "keindahan" dan "harmoni".  Dalam  kelompok kerajaan binatang,  binatang-binatang itu saling memakan.   Kebanyakan dari mereka terbunuh dengan kejam oleh binatang lain atau  mati pelan-pelan karena kelaparan. Menurut saya sendiri,  saya tak bisa  melihat keindahan luar biasa atau harmoni dalam diri Cacing Pita.   Janganlah dikatakan bahwa binatang ini dikirim sebagai hukuman atas  dosa-dosa kita,  sebab binatang itu lebih banyak terdapat pada binatang  lain dibandingkan manusia.  Saya kira si penanya sedang memikirkan  keindahan langit yang penuh bintang.  Akan tetapi harus diingat bahwa  bintang kadang meledak dan menghancurkan tetangga sekitarnya menjadi  asap yang gelap.  Keindahan,   dalam segala hal adalah subyektif dan  hanya ada di mata orang yang memandangnya saja.
Bagaimana Orang Agnostik menjelaskan mukjizat dan wahyu lain dari Tuhan YME?
Orang-orang agnostik beranggapan tidak ada bukti "mukizat" dengan arti  kejadian-kejadian yang bertentangan dengan Hukum Alam.  Kita tahu bahwa  penyembuhan dengan iman dapat terjadi dan sama sekali bukan mukjizat.   Di Lourdes,  penyakit tertentu dapat disembuhkan dan lainnya tidak dapat  disembuhkan.  Yang dapat tersembuhkan dapat saja disembuhkan oleh  dokter manapun terhadap pasien yang beriman.  Menurut catatan mukjizat  lain,  seperti Joshua yang memerintahkan Matahari agar diam,  orang  agnostik menolaknya dan menganggap hanya legenda dan menunjukkan bahwa  semua agama penuh dengan legenda yang begitu.  Sama banyaknya mukjizat  yang ada pada dewa-dewa Yunani dalam cerita Homer seperti halnya Tuhan  Kristiani dalam Injil (dan Islam – sasis).
Banyak nafsu rendah dan jahat yang ditentang agama.  Jika Anda  meninggalkan prinsip-prinsip keagamaan,  dapatkan umat manusia terus  eksis?
Adanya nafsu rendah dan jahat tak dapat ditolak,  tapi tak saya temui  bukti dalam sejarah bahwa agama agama-agama telah menentang nafsu-nafsu  tersebut.  Sebaliknya,   malah disucikan,  dan memungkinkan orang untuk  mentolerirnya tanpa rasa sesal.   Hukuman kejam lebih umum terjadai  dalam Kristiani dibandingkan tempat lainnya.   Apa yang nampak dapat  membenarkan hukum mati adalah kepercayaan dogmatis.   Keramahan dan  toleransi hanya terjadi sejalan dengan berkurangnya kepercayaan  dogmatis.  Dalam jaman kita sekarang,  agama baru yang dogmatis,  yakni  komunisme telah muncul.  Untuk itu, sebagai mana terhadap sistem dogma  lainnya,   orang agnostik ditenentangnya.   Ciri hukum-menghukum  komunisme jaman ini persis seperti Ciri hukum-menghukum Kristianitas di  abad dahulu.  Dengan berlangsungnya waktu, Kristianitas kurang cenderung  menghukum,  ini adalah hasil kerja para penganut berfikir bebas yang  menjadikan penganut dogmatis berkurang ke-dogmatisannya.  Jika mereka  tetap dogmatis seperti jaman dulu,  mereka akan tetap menganggap benar  membakar orang yang tak percaya.  Semangat toleransi yang dianggap oleh  penganut Kristiani modern sebagaimana Kristiani,  pada kenyataannya  merupakan produk moderasi yang memperkenankan ketidak-jelasan dan  mencurigai kepastian absolut.  Saya kira siapapun yang meneliti sejarah  tanpa memihak akan menuju kesimpulan bahwa agama-agama telah  mengakibatkan penderitaan dari pada yang telag diselamatkannya. 
Apakah arti hidup bagi Orang Agnostik?
Saya cenderung menjawabnya dengan pertanyaan lain:  Apa maksudnya "arti  hidup" ?   Saya kira itu adalah apa yang dimaksudkan sebagai tujuan  umum.  Saya tidak menganggap bahwa hidup itu ada tujuannya.  Cuma asal  terjadi saja.  Tetapi tiap individu memiliki tujuan hidup tertentu,  dan  tak ada alasan dalam agnostisisme untuk meninggalkan tujuan-tujuan  hidup ini. Tentu mereka tidak pasti yakin akan dapat mencapai hasil yang  diusahakannya;  namun anda akan menganggap gila jika seorang tentara  menolak tugas bertempur sampai ia yakin pasti menang. Orang yang  memerlukan agama untuk menekankan tujuan hidupnya sendiri adalah orang  yang ketakutan,  dan saya tidak dapat menanggapnya pula sebagai orang  yang mencari jalan aman,  meski mengakui juga bahwa kekalahan bukan  merupakan hal yang tak mungkin. 
Apakah penolakan terhadap agama berarti penolakan terhadap perkawinan dan kesetiaan?
Lagi, hal ini akan dijawab dengan pertanyaan:  Apakah orang yang  mempertanyakan ini percaya bahwa perkawianan dan kesetiaan dapat  meningkatkan kebahagiaan di dunia,  atau apakah ia mengaanggap bahwa   perkawinan dan kesetiaan itu, meski menyebabkan kseusahan di dunia,  dipakai sebagai alat mencapai surga?   Orang yang mengambil pandangan  terakhir jelas tak dapat mengharapkan agnostisisme akan menyebabkan  menurunnya moralitas,   namun harus kita akui bahwa moralitas adalah  sebab utama adanya kebahagiaan umat manusia dalam kehidupannya di dunia.   Jika sebaliknya ia mengambil pandangan pertama yaitu bahwa ada argumen  yang membumi untuk perkawinan dan kesetiaan,  harus juga diyakininya  bahwa argumen-argumen ini mesti meyakinkan juga bagi orang agnostik.    Orang agnostik dengan demikian tidak mempunyai pandangan berbeda  mengenai moralitas seksual.  Akan tetapi kebanyakan akan mengakui bahwa,  ada argumen yang shahih untuk menentang toleransi terhadap nafsu  seksual tanpa kendali.  Namun demikian,  akan mendasarkan argumen ini  pada sumber-sumber membumi yang jelas dan bukan berdasarkan digaan  perintah keilahian.
Apakah keimanan karena logika saja merupakan kepercayaan yang berbahaya?
Bukankan logika tidak sempurna dan tidak memadai tanpa hukum spiritual  dan moral?  Tak seorangpun yang mau memakai otak meski ia agnostik,   "hanya mengimani logika saja".  Logika berkaitan dengan kenyataan,   sebagian teramati,   sebagian lagi disimpulkan.  Pertanyaan apakah ada  kehidupan masa depan dan pertanyaan apakah ada Tuhan berkaitan dengan  kenyataan,  dan orang agnostik percaya bahwa pertanyaan-pertanyaan itu  harus diselidiki mirip dengan pertanyaan,   "Apakah akan ada gerhana  rembulan besok?"  Namun kenyataan saja tidak cukup untuk menentukan  tindakan,  karena tidak diberitahukan apa tujuan yang harus kita capai.   Dalam wilayah tujuan-tujuan,  kita memerlukan hal lain selain logika.   Orang agnostik menemukan tujuan dalam hatinya sendiri dan bukan dalam  perintah dari luar.  Coba kita ambil contoh:  Misalkan Anda ingin  bepergian dengan kereta api dari New York ke Chicago;  Anda akan  menggunakan logika untuk mengetahui kapan kereta api berangkat,  dan  orang yang mengira bahwa ia punya kemampuan mengetahui atau intuisi yang  menyuruhnya agar menyesuaikan dengan jadwal akan dianggap agak bodoh.   Namun tak ada jadwal yang akan memberitahu bahwa pergi ke Chicago adalah  bijaksana. Jelas dalam menentukan apakah hal itu bijaksana, ia mesti  memperhitungkan fakta-fakta lain;  namun dibalik segala fakta, ada  tujuan yang dianggapnya cocok untuk diusahakan, dan bagi orang agnostik  sebagaimana orang-orang lain,   hal-hal ini termasuk dalam wilayah yang  bukan wilayah logika,  meski tidak harus bertentangan sama sekali dengan  logika.  Wilayah yang saya maksudkan adalah emosi dan perasaan dan  keinginan. 
Apakah anda menganggap semua agama sebagai bentuk takhayul atau dogma? Agama-agama mana yang Anda hormati,  dan mengapa?
Semua agama besar dan terorganisir yang mendominasi umat manusia sedikit  banyak mengandung dogma,  tetapi "agama" adalah kata yang maknanya  tidak pasti.  Sebagai contoh Confucianism dapat disebut agama,  meski  tidak mengandung dogma. Dan dalam beberapa bentuk kepercayaan Kristen,   elemen dogma diperkecil sampai minim.
Dari agama-agama besar sepanjang sejarah,  Saya lebih cenderung  Buddhisme,    terutama dalam bentunya yang paling awal, sebab agama itu  yang melibatkan hukuman paling minim.
Komunisme,   seperti agnostisisme  bertentangan dengan agama.  Apakah orang-orang agnostik itu komunis?
Komunisme tidak menentang agama.  Hanya menentang agama Kristiani saja,  sebagaimana yang ditentang oleh agama Islam (Mohammedanism sic.).   Komunisme,  paling tidak dalam bentuk yang diciptakan oleh pemerintah  Soviet dan Partai Komunis, adalah suatu sistem dogma baru yang maut dan  banyak melibatkan penghukuman.   Oleh karena itu, tiap orang agnostik  asli mesti menentangnya.
Apakah orang-orang agnostik menganggap sains dan agama tak mungkin bersahabat?
Jawabannya kembali pada apa yang dimaksud dengan "agama".  Jika hanya  berarti sistem etika,  agama dapat akrab dengan sains.  Jika hanya  berarti sistem dogma,   yang dianggap sebagai mutlak benar,  maka hal  itu tidak cocok dengan semangat ilmiah/sains yang menolak diterimanya  kenyataan tanpa bukti,  dan juga menganggap bahwa kepastian mutlak  jarang sekali tercapai.
Bukti apa yang dapat meyakinkan Anda bahwa Tuhan itu ada?
Saya kira jika saya dengar suara dari langit yang memprediksi segala  sesuatu yang akan terjadi pada diri saya dalam waktu 24 jam mendatang,   termasuk kejadian-kejadian yang sangat tidak mungkin,  dan dan jika  hal-hal itu terjadi betul,  barangkali saya dapat diyakinkan paling  tidak terhadap adanya intelegensia superhuman. Dapat saya bayangkan  bukti-bukti lain sejenis yang mungkin dapat meyakinkan saya,  namun  sampai kini   setahu saya tak ada bukti demikian.
Ryan Breedon untuk Philosophy for Everyone/ Filsafat untuk Siapapun,  
24 Agustus 1997. 
Diterjemahkan oleh Setya A. Sis, 1999
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar