Sabtu, 27 Maret 2010

Perempuan penghuni neraka terbanyak?


Oleh Sri Rahayu Arman

Kebanyakan penghuni neraka adalah kaum perempuan. Begitulah sebagian orang memahami salah satu riwayat hadis. Betulkah pemahaman itu?

******

Rina masih terbengong. Ia tak habis pikir setelah mendengar ceramah agama dari seorang ustad di sebuah majelis taklim yang menyingung bahwa nanti, di hari kiamat, kebanyakan penghuni neraka itu adalah para perempuan. ”Masak sih penghuni neraka yang terbanyak dari umat manusia nanti dari jenis kaumku? Apakah memang perempuan banyak berbuat dosa? Atau karena saya berjenis kelamin perempuan,” gumamnya dalam hati sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Ah...tidak mungkin.” Ia mencoba menjawab keresahannya itu sendiri sambil mengacak-ngacak deretan buku agama di rak-rak buku.

Barangkali, Anda juga pernah merasakan keresahan seperti Rina, ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya atas ungkapan itu. Keresahan adalah sebuah tanda bahwa dalam diri kita menginginkan pemenuhan terhadap apa yang diresahkan. Nah, jika Anda selalu resah dengan apa yang terhampar dalam layar kehidapan Anda, dan Anda tidak berhenti pada titik resah itu, tapi selalu mencari dan mencari, Anda akan menemukan pemahaman agama yang tidak hanya “katanya Pak ini atau si Anu.” Tapi, pemahaman agama yang berdasar pada pengetahuan dari pengalaman diri.
Lalu, menurut Anda, adilkah jika seorang perempuan yang sudah menjalankan perintah Allah dengan sungguh-sungguh, tapi karena kebetulan jenis kelamin perempuan kemudian ia masuk neraka? Aha! Coba tanya hati nuranimu. Pastilah itu tidak mungkin.

Sebab secara prinsip dalam Islam, seseorang masuk neraka atau surga bukanlah karena jenis kelaminnya, bukan juga karena nasab keturunannya atau karena suku bangsanya. Seseorang masuk surga atau neraka adalah karena amal perbuatannya. Siapa pun yang berbuat buruk akan memperoleh balasan yang buruk, dan siapa pun yang berbuat baik akan memperoleh balasan yang baik. Bahkan secara tegas dalam surat An-Nahl disebutkan, “Barangsiapa yang beramal saleh, laki-laki atau perempuan, sedangkan dia beriman, maka ia akan Kami berikan kehidupan (surga) yang baik, dan akan Kami berikan balasan dengan yang lebih baik dari yang mereka lakukan” (QS. An-Nahl, 19: 97).

Lalu bagaimana memahami teks hadis yang menyatakan bahwa perempuan adalah penghuni terbanyak di neraka?


kita tidak perlu melakukan penelitian soal akurasi sanad, karena sudah dilakukan para ulama hadis terdahulu. Dan teks hadis ini memang diriwayatkan Imam Bukhari, seseorang yang memiliki kredibilitas tertinggi dalam periwayatan hadis. Hanya saja, kita seringkali membaca teks hadis tidak secara utuh, dengan membaca semua redaksi dan dalam berbagai riwayat yang ada, apalagi mengaitkan dengan konteks dan sebab kemunculan teks tersebut (asbab al-wurud).


Kita hanya mengambil kesimpulan secara sederhana, bahkan dilandasi perasaan kebencian untuk menyudutkan perempuan. Jika kita merujuk pada kitab Jâmi’ al-Ushûl (jilid VII, hal. 87-95, no. hadis: 4236-4246), karya Ibn al-Atsir (w. 606H), salah satu kitab yang secara lengkap mengoleksi seluruh hadis dari kitab-kitab utama (kutub as-sittah), di situ disebutkan berbagai redaksi dan riwayat yang saling melengkapi satu sama lain.
Bahwa ungkapan ‘perempuan sebagai penghuni terbanyak di neraka’, terkait dengan khutbah hari raya di hadapan umat Islam, lalu secara khusus di hadapan para perempuan yang ditemui Nabi Saw, anjuran Nabi Saw terhadap sedekah, dan kegiatan derma yang saat itu justru lebih banyak dilakukan para perempuan.


Redaksi yang agak singkat menyatakan, bahwa Nabi Saw berkhutbah pada suatu hari raya, dan berkata, “Bersedekahlah, bersedekahlah, dan yang paling banyak sedekah adalah para perempuan. (hal. 92). Redaksi lain, “Bahwa Nabi Saw berkhutbah, kemudian mendatangi perempuan guna menasihati dan mengingatkan mereka, serta menganjurkan para perempuan itu untuk bersedekah, lalu mereka menyerahkan hiasan yang mereka kenakan kepada Bilal sebagai sedekah” (hal. 91).
Redaksi yang agak lengkap menyebutkan, bahwa Nabi Saw berkhutbah, kemudian menemui para perempuan, memberikan nasihat dan peringatan, seraya berkata, “Bersedekahlah kalian (wahai para perempuan), karena kebanyakan di antara
kamu adalah penghuni neraka,” kemudian ada seorang perempuan separoh baya, yang kemerah-merahan, berdiri dan bertanya, “Mengapa ya Rasulullah (kami menjadi penghuni terbanyak di neraka)? Nabi menjawab, “Karena kamu sering mengadu (yang bukan-bukan) dan mengingkari (tidak berterima kasih atas pemberian) keluarga.”


Kemudian para perempuan itu menyedekahkan perhiasan mereka, diletakkan di baju Bilal. Ada kalung, gelang, dan ada cincin (hal. 88). Bahkan dalam riwayat Imam Bukhari (hadis no. 1462) disebutkan, ada seorang perempuan bernama Zainab yang setelah mendengar khutbah itu langsung mendatangi Nabi Saw dan bermaksud menyedekahkan seluruh perhiasannya. Tetapi Nabi Saw menyarankan untuk menyedekahkan kepada suaminya saja. Karena sekalipun ia berkecukupan, ternyata suaminya masih dalam kekurangan atau tepatnya miskin. Ia akhirnya memberikan perhiasannya untuk keperluan suami dan anak-anaknya.


Jika seluruh redaksi hadis ini dicermati, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil. Pertama, sebenarnya Nabi Saw tidak sedang memberikan statemen bahwa perempuan merupakan penghuni terbanyak di neraka. Tetapi sedang memberikan dorongan agar para pendengar khutbah banyak yang bersedia bersedekah.


Buktinya, justru yang terbanyak bersedekah adalah para
perempuan. Bahkan dalam redaksi hadis itu, tidak menyebutkan satu orang pun laki-laki yang bersedekah setelah mendengar khutbah Nabi Saw. Kedua, dalam dialog yang terjadi antara Nabi Saw dan salah seorang perempuan, diungkapkan secara tegas oleh Nabi Saw bahwa seorang perempuan ketika masuk neraka juga bukan karena ia perempuan, tetapi karena ia melakukan kejahatan moral: suka mengadu yang bukan-bukan dan melakukan pengingkaran atas pemberian orang lain, terutama dari keluarga atau suami.


Karena itu, sungguh tidak adil jika memunculkan ungkapan tersebut di atas sepotong saja dan tidak utuh. Sehingga, menimbulkan pemahaman yang bisa merendahkan perempuan. Adalah sesuatu yang berdosa, jika ungkapan itu justru dimunculkan dengan penuh kesombongan dan pendiskreditan terhadap perempuan. Camkan suatu teks hadis yang berasal dari sabda Nabi Saw, “Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya memiliki kesombongan, sekecil biji sekalipun,” (Riwayat Imam Muslim, Jâmi’ al-Ushûl, XI/245, no. hadis 8180).


Dr. Hamim Ilyas, pakar hadis dari UIN Sunan Kalijaga, pernah menyatakan bahwa teks hadis ini diungkapkan Nabi Saw di hadapan para perempuan yang berada di jalanan. Biasanya mereka adalah orang-orang yang memang lebih berbuat hal-hal yang tidak menyenangkan. Terhadap merekalah ungkapan: “Aku melihat, kalian adalah penghuni terbanyak di neraka.” (Lihat Buku Perempuan Tertindas, hal. 34-49).Apapun makna dari ungkapan teks hadis di atas, yang pasti seorang perempuan masuk neraka atau masuk surga bukan karena ia perempuan, melainkan, karena amal perbuatan yang dilakukan. Ini prinsip yang banyak kita temukan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan teks-teks hadis. Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar