Sekedar  ingin berbagi tulisan seorang online buddy di lapak sebelah. Betapa  telah terjadi kesalahkaprahan tentang pemahaman kata ANARKIS. :) Untuk  postingan yang asli, klik saja tautan di atas.
Pak Beye,
Membicarakan  Anarkisme tak sesederhana mengolah dan  menikmati mi instan, namun  begitu janganlah enggan mempelajarinya  apabila Anda merasa turut  berkepentingan membawa kronika Anarkisme ke  tengah masyarakat.  Setidak(-tidak)nya, bukalah Wikipedia dan  rajin-rajinlah merunut  labirinnya hingga kenal para bijak penggagas  Anarkisme dan jalan anarki  di dalamnya. Ini demi Anda agar tak  ditertawai dunia tatkala tanpa  angin dan badai menghendaki pembubaran  organisasi massa yang bersikap  anarkis (Kupang, Nusa Tenggara Timur,  Rabu 9 Pebruari 2011). Sebab  sekali lagi pak, Anarkisme bukanlah  ideologi semacam mi instan rasa  kepalsuan.
Demikian surat   terbuka saya kepada Anda, semoga cukup mampu mengajak Anda kembali   mempelajari ilmu-ilmu sosial dan filsafat. Namun saya menyilakan Anda   apabila ingin terus membaca tulisan ini. Oh ya pak, saya menulis ini   dengan semangat Anarkisme dan diiringi lagu valentine berirama   punk. Semoga suka.
Anarkisme
Pengertian  paling sederhana  dari Anarkisme adalah sebuah paham anti pemerintahan,  namun awam  cenderung berhenti di sini, dan atau melanjutkan pemahaman  mereka pada  salah satu pilihan gerakan anarki yang menyatakan perjuangan  dengan  jalan kekerasan, perusakan, dan pembunuhan. Sebagaimana yang   disampaikan Buenaventura Durruti Dumange (1896 -  1936), seorang tokoh  utama dalam gerakan Anarkisme di Spanyol;
"Terkadang  cinta hanya  dapat berbicara melalui selongsong senapan". 
Namun begitu,  sesungguhnya Durruti hanya mengarahkan  jalan kekerasan tersebut kepada  negara dan Kapitalisme. Di beberapa  bagian saya dapat menyepakati  pemikiran Durruti dan memahami pilihan  kekerasannya. Bukankah di sisi  lain isu anti kekerasan juga dimanfaatkan  penguasa untuk membatasi  gerak para aktivis agar tak merusak hak milik  mereka? Dipakai untuk  memukul balik atas nama menjaga stabilitas? Dan  memberi jarak aman  antara penguasa dan yang dikuasai? Bagi saya  kekerasan - ataupun  penghujatan - yang ditujukan kepada kelompok yang  lebih berkuasa adalah  sikap perlawanan atau setidaknya upaya pembelaan,  sedang kekerasan dan  pelecehan penguasa kepada kaum lemah adalah bentuk  sikap fasis.  Kekerasan menemu nilai jihadnya ketika diarahkan untuk  melawan penjajah  Belanda oleh pejuang kemerdekaan, namun menemu nilai  jahatnya ketika  diarahkan untuk membunuh para Ahmadi oleh kaum Islam  garis kekerasan.  Kekerasan pejuang kemerdekaan adalah kekerasan yang  diijinkan  Anarkisme, sedang kuasa kekerasan kaum fundamentalis Islam  kepada pihak  yang lemah dalam kasus Ahmadiyah ditolak karena amat  fasistik. Musuh  utama Anarkisme adalah Fasisme, karenanya amatlah lucu -  untuk tak  menyebut "Dungu", membubarkan organisasi anarki karena  perbuatan yang  dilakukan oleh kaum fasis. 
Anarkisme Durruti  sejatinya bukan berarti melulu  kesalahan, namun kekerasan kekerasan  tetaplah bukan isu eksklusif bagi  sebagian besar penganut Anarkisme dan  berbagai variannya. Coba simak apa  yang ditulis Alexander Berkman  (1870 - 1936), seorang pemikir Anarkisme  ternama asal Rusia; 
"Anarkisme   berarti bahwa Anda harus bebas. Bahwa tidak ada seorangpun boleh   memperbudak Anda, menjadi majikan Anda, merampok Anda, ataupun memaksa   Anda. Itu berarti bahwa Anda harus bebas untuk melakukan apa yang Anda   mau, memiliki kesempatan untuk memilih jenis kehidupan yang Anda mau   serta hidup di dalamnya tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan   hak, serta hidup dalam perdamaian dan harmoni seperti saudara. Berarti   tidak boleh ada perang, kekerasan, monopoli, kemiskinan, penindasan,   serta menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam kesetaraan" 
Anakronisme
Tapi isu  kebebasan, kebersamaan, dan kesetaraan dalam  Anarkisme seperti ini tak  mampu mengalahkan pamor kekerasan Anarkisme  Durruti. Kata kunci  'Kekerasan' Durruti akhirnya menjadi bumerang dengan  tenaga tambahan  dari kaum kapitalis untuk menyerang Anarkisme. Sehingga  wajah anarki  dibuat luka menjelma seolah monster berbahaya bagi  peradaban. 
Wajah asli  Anarkisme yang damai tiba-tiba sirna oleh  anakronisme. Anakronisme  adalah pemelintiran makna dan Anarkisme telah  dipelintir 180 derajad.  Ajaran Anarkisme Damai Pierre-Joseph  Proudhon (1809 - 1865), seperti  tak pernah ada, anjuran Mikhail  Bakunin (1814 - 1876) atas penolakan  eksploitasi seolah tak terdengar,  gagasan akan kebebasan kemanusiaan  dari Prince Peter  Kropotkin (1842 - 1921) seakan sirna, pemikiran  kesetaraan gender  dari Emma Goldman (1869 - 1940) terabaikan, juga  gerakan  perlawanan melalui media oleh Errico Malatesta (1853 - 1932)   terkalahkan oleh kisah kekerasan lapangannya, dan seterusnya. Anarkisme   bukam sekadar hantu yang bergentayangan di langit Eropa, tapi mahluk   luka yang merangsek ke segala penjuru dunia. Anarkisme adalah Zombie   yang tak henti disambit dengan anakronisasi para musuh ideologisnya.
Di Indonesia  Anarkisme disambut dengan baik karena  memiliki banyak kesamaan dengan  filosofi dan tradisi Nusantara.  Sebutlah misalnya moto 'Do It Yourself  (DIY)' kaum  anarki untuk menolak bantuan penguasa sejalan dengan  semangat 'Swadesi'  juga 'Berdiri Di Atas Kaki Sendiri (Berdikari)',  bentuk perlawanan  'Disobey' atau pembangkangan dapat disetarakan dengan  aksi menolak bayar  pajak oleh Kaum Samin pimpinan Suro Sentiko,  semangat 'Kolektivo' tentu  dapat disejajarkan dengan tradisi  'Gotong-royong', paham anarki dalam  menjauhi teknologi perusak  kemanusiaan yang penolakannya sudah lama  dipraktikkan oleh Suku Badui,  jalan damai anarki pun menemui padanan  dengan 'Ahimsa', dan seterusnya.  Maka tak pelak seorang Sukarno amat  menyukai dan banyak terinspirasi  semangat ini. Bersama tulisannya di Harian   Pikiran Rakyat pada tahun 1923, Sukarno menyambut Anarkisme.
Namun bersama   kekuasaannya, Orde Baru (Orba) menyambit Anarkisme. Sangat bisa   dimaklumi karena Anarkisme adalah sistem sosial di wilayah kiri yang   tegas berhadapan dengan tiga unsur utama pembangun Orba; Kapitalisme,   Fasisme, dan Feodalisme. Tapi memang bagaimanapun ideologi tak pernah   mati, terlebih ideologi yang tercipta dari semangat muda. Bara pembakar   semangatnya bisa dari apa saja; musik, fesyen, bahasa, olah raga, seni   rupa, dan seterusnya. Iming-iming bidadari surga tak ada dalam kamus bara bakar   semangat mereka. Komunitas anarki ada di mana-mana di Nusantara. Saya   membayangkan sebuah Anarchonesia. 
Sampai  waktunya tiba,  revolusi ada di depan pintu istana dan mengetuknya  dengan cinta.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar